Nama
: Ayu Sulistya
Kelas
: 3EB24
NPM
: 21212296
Pengumpulan Data dan Kutipan
- PENGUMPULAN DATA
1.
Pengertian
Pengumpulan Data
Secara sederhana, pengumpulan data
diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap
atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian
sesuai dengan lingkup penelitian. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai
kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif),
atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).
Merujuk pada pengertian di atas,
betapa pentingnya pengumpulan data dalam proses penelitian. Tanpa data
lapangan, proses analisis data dan kesimpulan hasil penelitian, tidak dapat
dilaksanakan.
Dalam penelitian, teknik pengumpulan
data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan
dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang
digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai
dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data
primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan
teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu
cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara,
pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa
alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka /
tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik
pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik
pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup
besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait
dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut
beberapa faktor antara lain :
· Isi
dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka
harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
· Bahasa
yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin
menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden
yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
· Tipe
dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden
(wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
· Participant
Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara
langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati
sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat
melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa,
kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
· Non
participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation,
Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung
dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola
pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat
dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah
peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak
sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik
observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung
antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel
besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin
menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik
wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara
terstruktur
artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali
dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis.
Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan
material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2. Wawancara
tidak terstruktur
adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat
poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
- KUTIPAN
1.
Pengertian Kutipan
Kutipan,
sebuah kata yang mungkin semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Disini
saya akan mengulas sedikit mengenai kutipan. Kutipan adalah gagasan, ide,
pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu
disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel,
laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
Kutipan
adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang/pembicara/orang
terkenal, yang terdapat dalam buku, acuan lain atau penuturan lisan. Kutipan
ini dapat berupa kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang/pembicara/orang terkenal yang
diambil secara lengkap (perkata atau perkalimat) dari sumbernya. Kutipan tidak
langsung adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang
pengarang/pembicara/orang terkenal yang diambil intinya saja,
2.
Jenis Kutipan
Menurut
jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tak
langsung (kutipan isi) .Kutipan
langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Kutipan tak langsung adalah
pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau
ikhtisar dari pendapat tersebut.
Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan
karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dirmasukkan dalam teks.
Dalam
hubungan ini cara mengambil bahan-bahan dari buku-buku pada waktu mengumpulkan
data, akan sangat membantu. Bila penulis menganggap perlu memasukkan kutipan
yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam bagian Apendiks atau
Lampiran. Di samping kutipan yang
diambil dari buku-buku atau majalah-majalah, ada pula kutipan yang diambil dari
penuturan lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi melalui wawancara atau
ceramah-ceramah. Namun kutipan semacam ini dalam karya-karya ilmiah akan kurang
nilainya kalau disajikan begitu saja. Agar nilainya lebih dapat dipertanggung
jawabkan, maka harus dimintakan pengesahannya lagi dari orang yang
bersangkutan.
3.
Prinsip-Prinsip Mengkutip
Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat kutipan adalah.
a.
Jangan Mengadakan Perubahan
Pada waktu melakukan kutipan
langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks
aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya,
maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah
diadakan perubahan tertentu.
b.
Bila Ada Kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat
kesalahan atau keganjilan, dalam ejaan maupun dalam ketatabahasaan, penulis
tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu.Demikian juga halnya kalau
penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini kutipan
tetap dilakukan, hanya jika penulis
diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan
tersebut.Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki atau
dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat [ . . . ] seperti halnya
dengan perubahan teknik sebagai telah dikemukakan diatas.Catatan dalam tanda kurung
segi empat itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsure yang hendak
diperbaiki,diberi catatan ,atau yang tidak disetujui itu.
c.
Menghilangkan Bagian Kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan
pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan
bagian itu tidak boleh mengakibatakan perubahan makana aslinya atau makna
keseluruhannya.Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga
titik berspasi [ . . . ].Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir
sebuah kalimat,maka ketiga titik berspasi itu ditambahkan sesudah titik yang
mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea
atau lebih,maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris
halaman.
4.
Cara-Cara Mengutip
Agar
tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas,perhatikanlah
cara-cara berikut:
a. Kutipan Langsung yang Tidak Lebih
dari Empat Baris.
Sebuah kutipan langsung yang
panjangnya tidak lebih dari empat baris ketika,akan dimasukkan dalam teks
dengan cara-cara berikut:
·
Kutipan
itu diintegrasikan langsung dengan teks.
·
Jarak
antara baris dengan baris dua spasi.
·
Kutipan
itu diapit dengan tanda kutip.
·
Sesudah
kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas ,atau
dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang,tahun terbit dan nomor halaman
kuitipan itu.
Nomor urut penunjukkan mempunyai
pertalian dengan nomor urut penunjuka yang terdapat pada catatan kaki. Nomor
penunjukan ini bisa berlaku berlaku untuk
bab, dapat pula berlaku untuk
seluruh karangan tersebut. Masing-masing
cara tersebut akan membawa konsekuensi tersendiri. Pada nomor urut penunjukan
yang hanya berlaku pada tiap bab,maka pertama,pada
tiap bab akan dimulai dengan nomor urut 1; kedua
penunjukan yang pertama dalam tiap bab,nama pengarang harus disebut secara
lengkap,sedangkan penunjukan selanjutnya dalam bab tersebut cukup dengan
menyebut nama singkat pengarang,ditambah penggunaan singkatan-singkatan ibid., op. cit., atau loc. Cit.2 Sebaliknya bila
nomor urut penunjukan berlaku untuk
seluruh karangan,maka hanya untuk
penyebutan yang pertama, nama pengarang ditulis secara lengkap;
penyebutan selanjutnya hanya menggunakan nama singkat,dan singkatan-singkatan
sebagaimana disebutkan di atas.
b. Kutipan Langsung yang Lebih dari
Empat Baris
Bila
sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan itu
harus digarap sebagai berikut:
1)
Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan
jarak 2,5 spasi;
2)
Jarak antara baris dengan baris kutipan
satu spasi;
3)
Kutipan itu boleh atau tidak boleh
diapit dengan tanda kutip;
4)
Sesudah kutipan selesai diberi nomor
urut penunjukan setengah spasi ke atas,atau dalam kurung di tempatkan nama
singkat pengarang,tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
5)
Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam
5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru,maka baris pertama
dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketikan.
Kadang –kadang
terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal
ini dapat ditempuh dua cara:
1) Mempergunakan
tanda kutip ganda [”. . .”] bagian kutipan asli dan tanda kutip
tunggal[‘…’]bagi kutipan dalam kutipan ,atau sebaliknya.
2) Bagi kutipan
asli tidak dipergunakan tanda kutip,sedangkan kutipan dalam kutipan itu
mempergunakan tanda kutip ganda.
c. Kutipan tak Langsung
Beberapa
syarat yang harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung.
1)
Kutipan itu tidak diintegrasikan dengan
teks.
2)
Jarak antar baris dua spasi.
3)
Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip.
4)
Sesudah kutipan selesai diberi nomor
urut penunjukan setengah spasi ke atas,atau dalam kurung ditempatkan nama
singkat pengarang ,tahun terbit,dan
nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
d. Kutipan pada Catatan Kaki
Selain
dari kutipan yang dimasukkan dalam teks seperti telah diraikan di atas, (baik
kutipan lanmgsung maupun kutipan tak langsung) ada pula kutipan yang diletakkan
pada catatan kaki.Bila cara yang seperti ini yang dipergunakan, maka kutipan
demikian selalu ditempatkan pada spasi rapat,biarpun kutipan itu singkat
saja.Demikian juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip
tepat seperti teks aslinya.
Walaupun
di atas telah disampaikan juga bahwa kutipan yang panjang sekali lebih baik
ditempatkan pada Apendiks atau Lampiran ,namun ada juga pengarang yang
beranggapan bahwa kutipan semacam itu lebih baik ditempatkan pada catatan
kaki,agar lebih mudah bagi para pembaca untuk memeriksanya.
e. Kutipan Atas Ucapan Lisan
Sebenarnya
kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya,kecuali mungkin ucapan yang
disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa,
serta dapat diikuti okleh masyarakat.
Bila
penulis ingin memasukan juga kutipan-kutipan semacam itu di dalam tulisannya,
maka sebaliknya ia memperlihatkan naskah kutipan itu trlebih dahulu kepada
orang yang memberi ketarangan keterangan itu untuk mendapatkan pengesahannya.
Kalau ada kekurangan atau kesalahan dapat diadakan perbaikan terlebih dahulu
oleh yang bersangkutan. Dengan demikian tidak perlu timbul bantahan atau
hal-hal yang tidak diinginkan di
kemudian hari.
Sumber
ucapan-ucapan lisan itu dapat dimasukkan langsung dalam teks, dapat pula
dimasukkan dalam catatan kaki seandainya akan mengganggu jalannya teks itu
sendiri.
f. Variasi membuat kutipan
Walaupun
telah diuraikan secara terperinci cara-cara membuat kutipan sebagaimana dapat
dilihat dalam uraian di atas, namun perlu kiranya diingat bahwa sebuah pola
yang terus-menerus dipakai akan menimbulkan kebosanan. Sebab itu pola-pola membuat kutipan akan
lebil efektif kalau mengandung variasi; variasi antara kutipan langsung dan
kutipan tak langsung, variasi antara kutipan yang dimasukkan dalam teks dan
kutipan yang dimasukkan dalam catatan kaki.
Disamping itu masih ada beberapa cara lain untuk membuat kutipan-kutipan
itu dirasakan lebih mantp. Salah satu cara (terutama untuk kutipan yang
singkat) adalah langsung mulai dengan materi kutipan hingga perhentian terdekat
(bisa koma, frasa yang bebas, bisa juga titik) disusul dengan sisipan penjelas
tentang ucapan atau pendapat itu, untuk mengetahui siapa yang berkata demikian.
Perhentian itu dapat dilakukan sesudah sebuah kata,dapat pula sesudah sebuah
frasa atau kalimat singkat