Sabtu, 08 November 2014

Pengumpulan Data dan Kutipan (Tugas softskill 2)



Nama : Ayu Sulistya
Kelas   : 3EB24
NPM   : 21212296

Pengumpulan Data dan Kutipan
  1. PENGUMPULAN DATA
1.      Pengertian Pengumpulan Data
Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).

Merujuk pada pengertian di atas, betapa pentingnya pengumpulan data dalam proses penelitian. Tanpa data lapangan, proses analisis data dan kesimpulan hasil penelitian, tidak dapat dilaksanakan.

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.  Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
1.      Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
·         Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
·         Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
·         Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

2.      Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
·         Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.

·         Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.

3.      Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

1.      Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.

2.      Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.

  1. KUTIPAN
1.      Pengertian Kutipan
Kutipan, sebuah kata yang mungkin semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Disini saya akan mengulas sedikit mengenai kutipan. Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang/pembicara/orang terkenal, yang terdapat dalam buku, acuan lain atau penuturan lisan. Kutipan ini dapat berupa kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang/pembicara/orang terkenal yang diambil secara lengkap (perkata atau perkalimat) dari sumbernya. Kutipan tidak langsung adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang/pembicara/orang terkenal yang diambil intinya saja,

2.      Jenis Kutipan
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tak langsung (kutipan isi) .Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.  Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dirmasukkan dalam teks.
Dalam hubungan ini cara mengambil bahan-bahan dari buku-buku pada waktu mengumpulkan data, akan sangat membantu. Bila penulis menganggap perlu memasukkan kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam bagian Apendiks atau Lampiran.  Di samping kutipan yang diambil dari buku-buku atau majalah-majalah, ada pula kutipan yang diambil dari penuturan lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi melalui wawancara atau ceramah-ceramah. Namun kutipan semacam ini dalam karya-karya ilmiah akan kurang nilainya kalau disajikan begitu saja. Agar nilainya lebih dapat dipertanggung jawabkan, maka harus dimintakan pengesahannya lagi dari orang yang bersangkutan.

3.      Prinsip-Prinsip Mengkutip
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat kutipan adalah.
a.                                                                                                    Jangan Mengadakan Perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.

b.                                                                                                   Bila Ada Kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, dalam ejaan maupun dalam ketatabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu.Demikian juga halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini kutipan tetap  dilakukan, hanya jika penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut.Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat [ . . . ] seperti halnya dengan perubahan teknik sebagai telah dikemukakan diatas.Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsure yang hendak diperbaiki,diberi catatan ,atau yang tidak disetujui itu.

c.                                                                                                    Menghilangkan Bagian Kutipan
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatakan perubahan makana aslinya atau makna keseluruhannya.Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik berspasi [ . . . ].Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat,maka ketiga titik berspasi itu ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih,maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris halaman.

4.      Cara-Cara Mengutip
Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas,perhatikanlah cara-cara berikut:
a.       Kutipan Langsung yang Tidak Lebih dari Empat Baris.
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketika,akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
·                  Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks.
·                  Jarak antara baris dengan baris dua spasi.
·                  Kutipan itu diapit dengan tanda kutip.
·                  Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas ,atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang,tahun terbit dan nomor halaman kuitipan itu.
Nomor urut penunjukkan mempunyai pertalian dengan nomor urut penunjuka yang terdapat pada catatan kaki. Nomor penunjukan ini bisa berlaku berlaku untuk  bab, dapat pula  berlaku untuk seluruh karangan  tersebut. Masing-masing cara tersebut akan membawa konsekuensi tersendiri. Pada nomor urut penunjukan yang hanya berlaku pada tiap bab,maka pertama,pada tiap bab akan dimulai dengan nomor urut 1; kedua penunjukan yang pertama dalam tiap bab,nama pengarang harus disebut secara lengkap,sedangkan penunjukan selanjutnya dalam bab tersebut cukup dengan menyebut nama singkat pengarang,ditambah penggunaan singkatan-singkatan ibid., op. cit., atau loc. Cit.2 Sebaliknya bila nomor urut  penunjukan berlaku untuk seluruh karangan,maka hanya untuk  penyebutan yang pertama, nama pengarang ditulis secara lengkap; penyebutan selanjutnya hanya menggunakan nama singkat,dan singkatan-singkatan sebagaimana disebutkan di atas.

b.      Kutipan Langsung yang Lebih dari Empat Baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan itu harus digarap sebagai berikut:
1)        Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi;
2)        Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
3)        Kutipan itu boleh atau tidak boleh diapit dengan tanda kutip;
4)        Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas,atau dalam kurung di tempatkan nama singkat pengarang,tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
5)        Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru,maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketikan.

Kadang –kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini  dapat ditempuh dua cara:
1)      Mempergunakan tanda kutip ganda [”. . .”] bagian kutipan asli dan tanda kutip tunggal[‘…’]bagi kutipan dalam kutipan ,atau sebaliknya.
2)      Bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip,sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.

c.       Kutipan tak Langsung
Beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung.
1)        Kutipan itu tidak diintegrasikan dengan teks.
2)        Jarak antar baris dua spasi.
3)        Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip.
4)        Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas,atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang  ,tahun terbit,dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.

d.      Kutipan pada Catatan Kaki
Selain dari kutipan yang dimasukkan dalam teks seperti telah diraikan di atas, (baik kutipan lanmgsung maupun kutipan tak langsung) ada pula kutipan yang diletakkan pada catatan kaki.Bila cara yang seperti ini yang dipergunakan, maka kutipan demikian selalu ditempatkan pada spasi rapat,biarpun kutipan itu singkat saja.Demikian juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip tepat seperti teks aslinya.
Walaupun di atas telah disampaikan juga bahwa kutipan yang panjang sekali lebih baik ditempatkan pada Apendiks atau Lampiran ,namun ada juga pengarang yang beranggapan bahwa kutipan semacam itu lebih baik ditempatkan pada catatan kaki,agar lebih mudah bagi para pembaca untuk memeriksanya.

e.       Kutipan Atas Ucapan Lisan
Sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya,kecuali mungkin ucapan yang disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti okleh masyarakat.
Bila penulis ingin memasukan juga kutipan-kutipan semacam itu di dalam tulisannya, maka sebaliknya ia memperlihatkan naskah kutipan itu trlebih dahulu kepada orang yang memberi ketarangan keterangan itu untuk mendapatkan pengesahannya. Kalau ada kekurangan atau kesalahan dapat diadakan perbaikan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan. Dengan demikian tidak perlu timbul bantahan atau hal-hal yang  tidak diinginkan di kemudian hari.
Sumber ucapan-ucapan lisan itu dapat dimasukkan langsung dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki seandainya akan mengganggu jalannya teks itu sendiri.

f.       Variasi  membuat kutipan
Walaupun telah diuraikan secara terperinci cara-cara membuat kutipan sebagaimana dapat dilihat dalam uraian di atas, namun perlu kiranya diingat bahwa sebuah pola yang terus-menerus dipakai akan menimbulkan kebosanan.  Sebab itu pola-pola membuat kutipan akan lebil efektif kalau mengandung variasi; variasi antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung, variasi antara kutipan yang dimasukkan dalam teks dan kutipan yang dimasukkan dalam catatan kaki.  Disamping itu masih ada beberapa cara lain untuk membuat kutipan-kutipan itu dirasakan lebih mantp. Salah satu cara (terutama untuk kutipan yang singkat) adalah langsung mulai dengan materi kutipan hingga perhentian terdekat (bisa koma, frasa yang bebas, bisa juga titik) disusul dengan sisipan penjelas tentang ucapan atau pendapat itu, untuk mengetahui siapa yang berkata demikian. Perhentian itu dapat dilakukan sesudah sebuah kata,dapat pula sesudah sebuah frasa atau kalimat singkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar